Selasa, 30 Desember 2008

BIOGRAFI SYEIKH MUQBIL

Asy-Syaikh telah belajar kepada beberapa orang Masyaikh, di berbagai sekolah, dan berbagai bidang keilmuan, dan dari sebagian guru-gurunya :

Dari sekolah Syi’ah :
1) Abul Husain Majidud-Din Al-Mu’ayyidi, berkata Asy-Syaikh tentangnya : Dia orang yang paling pandai dari kalangan Syi’ah di Yaman, termasuk orang yang membawa madzhab Hadawi (pengikut Hadi-kuburannya diagungkan di kota Saadah), Asy-Syaikh banyak mengambil faidah darinya dalam ilmu Nahwu ketika di Najran.
2) Ismail Hathabah.
3) Muhammad ibn Al-Hasan Al-Mutamayyiz.
4) Qasim ibn Yahya Syuweil.
Perlu dicatat dan digarisbawahi, bahwasanya Asy Syaikh menuntut ilmu pada orang-orang Syiah di awal hidupnya, yakni sebelum asy Syaikh memahami perkara munkarnya Syi’ah. Akan tetapi setelah asy Syaikh mengetahui kemungkaran Syi’ah, maka beliaupun menentangnya, berusaha menjauh dan mentahdzir akan bahayanya.

Dan dari guru-gurunya yang lain :
5) Al-Imam Al-Allamah Al-Muhadits Muhammad Nasir Ad-Din Al-Albani (rahimahullah), Asy-Syaikh Al-Albani berhenti menjadi dosen di Al-Jami’ah Al-Islamiyyah sebelum Asy-Syaikh Muqbil belajar disana, akan tetapi dahulu Asy-Syaikh Al-Albani masih sering mengunjungi mahasiswa di Madinah dengan memberikan nasehat kepada mereka. Sangat memungkinkan yang datang (belajar) sebagian dari mereka adalah anggota kelompok Jamaah At-Takfir (kelompok yang suka mengkafirkan kaum Muslimin), serta sisa-sisa pemahaman mereka yang ekstrim. Sampailah Allah (Subhanahu wa Ta’ala) memberikan hidayah kepada mereka lewat bimbingan Asy-Syaikh Al-Albani (rahimahullah). Dan Asy-Syaikh Muqbil dulunya juga menghadiri kajian-kajian khusus (Asy Syaikh Al Albani ini) untuk Thalabatul Ilmi (penuntut ilmu agama) yakni pelajaran “Kaidah ilmu Hadits”. Kajian ini tidak diperuntukkan bagi orang awam, akan tetapi kajian ini yang langsung praktek di perpustakaan.

6) Al-Imam Al-’Allamah Al-Faqih Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Baaz (rahimahullah), dahulu Asy-Syaikh hadir dalam pelajaran (Syaikh Ibn Baaz) membahas kitab “Shahih Muslim” di Masjid Nabawi.

7) Muhammad ibn Abdullah Ash Sumaali (Rahimahullah), Asy Syaikh belajar dengannya kurang lebih tujuh bulan lamanya dan banyak mengambil faidah darinya ilmu hadits, dan pengenalan tentang para perawi hadits yang terdapat di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Berkata Asy-Syaikh tentangnya : ?Sepertinya yang sebanding (keilmuan) dengannya sangat sedikit atau tidak ada duanya.?

8) Abdullah ibn Muhammad ibn Humaid, mengajar mereka (mahasiswa) kitab “At-Tuhfatu As-Saniyyah” dan dahulu Asy-Syaikh ibn Humaid kagum dengan jawaban-jawaban Asy-Syaikh dan penjelasannya.

9) Asy-Syaikh Hammad ibn Muhammad Al-Anshari, dari salah satu gurunya yang mengajarnya di Al-Jami’ah Al-Islamiyyah.

10) Yahya ibn Utsman Al-Bakistani, salah satu gurunya di masjid Al-Haram belajar dengannya kitab “Shahih Al-Bukhari”, “Shahih Muslim” dan “Tafsir ibn Katsir”.

11) Abdul Aziz ibn Rasyid An-Najedi, salah satu gurunya di masjid Al-Haram, berkata Asy-Syaikh tentangnya : ?Dahulu dia memiliki pengetahuan yang sangat kuat di dalam ilmu Hadits dan memperingatkan dari bahaya taqlid. Dia adalah lulusan Al-Azhar dan sangat keras didalam melemahkan sebuah hadits, sampai-sampai dia menulis sebuah kitab “Taysir Al-Wahin fil Iqtishar ala Al-Qur’an wa As-Shahihain”. Sampai-sampai Abdul Aziz ibn Rasyid mengatakan: ?Hadits-hadits yang shahih selain As-Shahihain (Bukhari dan Muslim) bisa dihitung dengan jari.? Maka melekatlah ucapannya pada otakku, namun aku berusaha mengingkarinya, sehingga aku memiliki obsesi yang sangat kuat untuk menulis kitab “As-Shahih Al-Musnad mima laisa fi As-Shahihain” (Kumpulan Hadits-hadits Ash-shahih yang bukan dari “Ash-Shahihain”). Maka semakin bertambahlah keyakinanku atas batalnya ucapan Abdul Aziz ibn Rasyid, dan Asy-Syaikh sangat mengingkarinya.?

12) Al-Qodhi Yahya Al-Asywal, belajar dengannya kitab “Subulus-Salam” dan kitab apa saja yang diinginkan oleh Asy-Syaikh.

13) Abdul Razaq Asy-Syakhidzi Al-Mahwiti, dahulu beliau mengajar apa yang diinginkan oleh Asy-Syaikh.

14) Muhammad As-Subail, belajar dengannya ilmu waris.

15) Muhammad Al-Amin Al-Mashri (Rahimahullah) banyak mengambil faidah di dalam ilmu hadits dan dia salah seorang dosen yang mengajarnya di Al-Jami’ah Al-Islamiyyah.

16) As-Sayid Muhammad Al-Hakim Al-Mashri, yang membela dan pembimbing atas risalah (skripsi) (Asy Syaikh Muqbil) yakni “Al-Ilzamat wa At-Tatabu” dengan gelar Majister. Asy-Syaikh belajar darinya kitab “Subulus-Salam” dan merupakan salah seorang dosen di kuliyah Ad Da’wah.

17) Mahmud Abdul Wahab Faid, salah seorang dosen di kuliyah da’wah mengajar Tafsir, berkata Asy-Syaikh tentangnya: “Kuat ilmu tafsirnya dan seorang Muhaqiq”.

18) Abdul Aziz As-Subail, salah seorang gurunya di Ma’had Al-Haram Al-Makki .

19) Badi’u Ad-Din Ar-Rasyidi, berkata asy-Syaikh tentangnya: ?Dahulu dia sangat membenci taqlid.?

20) Asy-Syaikh Sholeh Al-’Ubud.

21) Muhammad Taqiyu Ad-Din Al-Hilali.

22) Thaha Az-Zaini.

23) Abdul ‘Athim Fayadl.

24) Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, Asy-Syaikh belajar dengannya lewat pertanyaan-pertanyaan.

25) Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin As-Syanqiti, belajar dengannya lewat pertanyaan-pertanyaan dan mengajukan masalah-masaslah yang dihadapi. Berkata Asy-Syaikh tentangnnya: “Dahulu beliau (Rahimahullah) tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dalam ingatan saya, saya tidak pernah melihat dengan mata kepalaku sendiri yang setingkat dengannya dalam menerangkan faidah-faidah begitu cepatnya dan tanpa terbata-bata”. Asy-Syaikh menasehatkan untuk hadir di pelajaran-pelajarannya.

Berkata Asy-Syaikh Muqbil (rahimahullah): “Kebanyakan faidah-faidah yang aku peroleh dari kitab-kitab, hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”.

[Lihat: Biografi Asy-Syaikh Muqbil karya Asy-Syaikh sendiri (hal: 19-25), "Al-Suyuf" (hal:175,205), "Ijabatu As-Sail" (hal:493), "Ghorotul Asy-Syritah" (2/102)].

Kekhususan metode belajar mengajar Asy Syaikh Muqbil

Metode belajar di Ma’had Daarul Hadits-Dammaj (Saadah, Yemen) merupakan metode yang jarang sekali kita jumpai di zaman kita sekarang ini. Mungkin banyak dari kaum Muslimin di belahan bumi ini tidak mengetahui atau mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana metode belajar yang dipraktekkan di Ma’had Daarul Hadits-Dammaj, sehingga dapat mencetak ribuan kader yang istiqomah (konsisten) dalam menegakkan Sunnah. Bahkan mereka menjadi marji’ (rujukan) bagi kaum Muslimin didalam mengambil ilmu yang bermanfaat ini dan dan sebagai rujukan di dalam berda’wah.

Asy-Syaikh Muqbil (Rahimahullah) memiliki metode cara mengajar yang sangat menarik untuk kita ketahui bersama. Asy-Syaikh yang keilmuannya sangat luas begitu piawai didalam mengajar anak didiknya, membaca suatu kitab yang diajarkan sambil kemudian memberikan faidah-faidah dari segala sudut pandang keilmuan, kemudian pada pertemuan-pertemuan berikutnya Asy-Syaikh melontarkan pertanyaan-pertanyaan dari faidah-faidah yang telah lalu, sesekali diiringi dengan canda untuk menyejukkan suasana, sehingga majelis menjadi lebih bergairah dan semarak.

Asy-Syaikh memberikan metode yang terbaik dalam menyampaikan pelajaran-pelajaran, karena majelisnya Asy-Syaikh penuh dengan pembinaan, penggemblengan dan penuh dengan pelajaran yang sangat berharga di dalam kehidupan seseorang. Kalau kita perhatikan tata cara Asy-Syaikh mengajar, kita akan teringat dengan masa yang lampau dari masanya Salafus-Shaleh, seakan jasad kita dibawa terbang kepada masa yang lampau. Padahal masa Salafus Shalih tersebut, hanya tinggallah kenangan semata.

Kalau kita yakin dengan rentetan kisah-kisah para ulama Salaf dengan sedetail-detailnya, maka kita akan mengatakan : “Yazid ibn Harun duduk di atas kursinya atau Abu Nu’aim sedang duduk di tempat duduknya, atau pun dari Ulama-ulama salaf yang lainnya”, sungguh membuat hati murid-muridnya selalu condong untuk selalu mencintainya, yang tidak pernah mereka condong kepada yang selainnya.

Asy-Syaikh dalam mengajar selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada murid-muridnya, dengan diselingi dengan istilah-istilah yang kadangkala menggelikan untuk didengar. Ini semua dalam rangka memotivasi murid-muridnya untuk proaktif didalam belajar. Metode seperti ini bukanlah perkara yang asing di kalangan Ahlussunnah, seringkali kita jumpai dalam kisah-kisah para Ulama’ yang belajar, seringkali seorang guru bertanya kepada muridnya. Diharapkan faidah yang ditanyakan melekat dengan erat di benaknya.

Cara Asy-Syaikh memberikan pelajaran memang menarik. Misalnya, Asy-Syaikh memberikan soal, kemudian beliau meminta dari mereka untuk berpartisipasi dalam menjawab. Maka antara satu dengan yang lainnya saling memberikan argumen masing-masing. Ketika pelajaran menghapal hadits, Asy-Syaikh menyuruh mereka berdiri, terkadang mengelompokkan sesuai dengan negaranya masing-masing.

Terkadang pula sesuai dengan tempat duduk mereka di masjid (antara tiang-tiang masjid), terkadang mengatakan : “Untuk yang sedang mengantuk”, atau “Untuk yang sembunyi di balik tiang-tiang masjid”. Kadangkala memanggil sesuai dengan warna bajunya, atau memanggil dengan yang nama atau kunyahnya sama, juga kadangkala mengelompokkan orang-orang asing, juga memerintahkan untuk anak-anak kecil kalau haditsnya pendek.

Juga Asy Syaikh kadangkala memerintahkan untuk orang-orang yang sendirian atau berdua saja, yang tidak ada teman satu desa yang belajar di Ma’had, bahkan Asy-Syaikh mengatakan : “Untuk mereka yang dari kalangan keluarga Ar-Rasul (Shalallahu ‘alaihi wassalam)”. Sampai-sampai Asy-Syaikh memerintahkan bahwasanya bagi barangsiapa yang belum pernah membaca hadits sebulan lamanya atau setahun lamanya dan belum pernah membaca hadits semenjak mulai datang.

Markaz Ilmiyyah Daarul Hadits di Dammaj, merupakan tempat berkumpul penunutut ilmu agama As-Salafiyun dari segala penjuru dunia, tempat yang paling tepat untuk seseorang untuk mencari ilmu dan As-Sunnah, sungguh merupakan tempat yang tidak ada duanya di muka bumi ini pada zaman kita sekarang di mana orang semakin jauh dari ajaran Islam dan Sunnah-sunah Nabinya (Shalallahu ‘alaihi wassalam). Pada zaman yang penuh dengan fitnah, tidak akan selamat seorang pun dari fitnah-fitnah melainkan mereka yang berpegang teguh dengan sunnah-sunnah Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wassalam), seperti yang dikatakan oleh Mutharrif ibn Abdullah Asy-Syakhir (rahimahullah):

“إنّ الفتن لا تأتي لتهدي الناس, ولكن لتقارع المؤمن عن دينه” -رواه أبو نعيم في الحلية.

“Sesungguhnya fitnah tidak datang untuk memberikan petunjuk kepada manusia, melainkan untuk memisahkan seorang Mu’min dari agamanya” [Diriwayatkan oleh : Abu Nu'aim di dalam kitab "Al-Hilyah"].

Berkata Al-Imam Al-Jalil Abdullah Ibnul Mubarak (rahimahullah) :

إعلم إني أرى الموت اليوم كرامة لكل مسلم لكي الله على السنة, وإنّا لله وإنّا إليه راجعـون, فإلى الله نشكو وحشتنا, وذهاب الإخوان, و قلّة الأعوان, وظهور البدع, وإلى الله نشكو عـظيم ما حلّ بهذه الأمة من ذهاب العـلماء و أهل السنة و ظهور البدع” أخرجه اللالـكائي.

“Ketahuilah sesungguhnya aku melihat kematian pada hari ini suatu kemuliaan bagi setiap muslim, berjumpa dengan Allah di atas As-Sunnah, sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, dan hanya kepada Allah-lah kita mengeluh atas kesedihan kita, dan perginya saudara-saudara kita (Ahlussunnah), dan sangat sedikitnya penolong-penolong kita, dan merajalelanya bid’ah. Dan hanya kepada Allah-lah kita mengeluhkan perkara yang besar apa yang diperbuat ummat ini, dari perginya Ulama’ dan Ahlussunnah serta merajalelanya bid’ah”. [Atsar ini di keluarkan oleh: Al-Imam Allalikaai].

(Dikutip dari tulisan al Ustadz Muhammad Barmim, Surabaya, disadur dari kitab Al-Ibhaj, Biografi Asy-Syaikh, Gharatul Asy-Syritah, Al-Suyuf, Ijabatu As-Sail dan lainnya)<

Ditulis dalam biografi. Tag:

Tidak ada komentar: